Berikut ini adalah beberapa teknik yang biasa digunakan oleh bandar untuk "mengambil" uang dari investor retail:
1. Mark Up dan Mark Down Harga Saham
- Mark Up: Bandar menaikkan harga saham dengan pembelian besar atau mendorong euforia di kalangan investor retail agar tertarik membeli. Setelah banyak investor retail masuk, bandar akan menjual saham pada harga yang lebih tinggi, dan harga kemudian sering turun drastis.
- Mark Down: Setelah menjual sahamnya, bandar bisa melakukan aksi jual besar-besaran yang menyebabkan harga turun. Pada titik ini, banyak investor retail yang panik dan menjual saham dengan harga murah, yang kemudian bisa dibeli lagi oleh bandar dengan harga yang lebih rendah.
Contoh Kasus: Misalkan saham perusahaan XYZ biasanya diperdagangkan di sekitar Rp 500. Bandar membeli saham besar-besaran, menaikkan harga hingga Rp 800. Setelah banyak investor retail membeli di harga tinggi, bandar kemudian mulai menjual untuk mengambil keuntungan. Harga akhirnya turun kembali ke level semula, meninggalkan investor retail dalam posisi rugi.
2. Pump and Dump
- Dalam skema ini, bandar sengaja "memompa" harga saham dengan menyebarkan informasi yang membuat investor retail percaya harga akan naik tajam. Begitu harga naik karena banyaknya pembelian dari investor retail, bandar mulai menjual saham mereka (dump), yang menyebabkan harga turun drastis.
- Informasi yang disebarkan bisa berupa rumor, laporan keuangan yang diperindah, atau berita yang menunjukkan potensi masa depan cerah dari perusahaan terkait.
Contoh Kasus: Misalkan saham perusahaan ABC diperdagangkan di level Rp 200. Bandar menyebarkan rumor bahwa perusahaan ini akan segera mendapatkan kontrak besar, sehingga investor retail mulai membeli saham, yang menyebabkan harga naik hingga Rp 500. Pada titik tertinggi, bandar menjual semua saham yang mereka miliki. Setelahnya, rumor terbukti tidak benar, dan harga saham kembali turun ke level Rp 200 atau lebih rendah, sehingga investor retail mengalami kerugian.
3. Distribusi dan Akumulasi Tersembunyi
- Akumulasi: Pada fase ini, bandar secara perlahan membeli saham pada harga rendah dalam jumlah besar tanpa menyebabkan lonjakan harga yang signifikan. Ini dilakukan secara bertahap agar investor retail tidak terlalu memperhatikan aktivitas beli mereka.
- Distribusi: Setelah harga naik karena dorongan dari investor retail yang tertarik, bandar mulai menjual dalam jumlah besar secara bertahap tanpa menyebabkan penurunan harga secara langsung. Dengan cara ini, bandar dapat menjual pada harga tinggi tanpa memicu aksi jual yang besar.
Contoh Kasus: Saham DEF diperdagangkan dalam rentang Rp 300 - Rp 400. Bandar mulai membeli dalam jumlah besar pada harga Rp 300 – Rp 320, namun dilakukan secara perlahan agar harga tetap stabil. Setelah harga naik ke Rp 400 karena minat beli dari retail, bandar mulai menjual secara bertahap, tetap menjaga harga tetap tinggi, hingga pada akhirnya harga jatuh saat seluruh saham sudah terjual.
4. Wash Trading (Transaksi Semu)
- Bandar melakukan transaksi beli dan jual saham yang sama berulang kali, menciptakan ilusi volume tinggi yang menunjukkan minat beli yang kuat. Ini sering kali membuat investor retail percaya bahwa ada potensi kenaikan harga.
- Ketika investor retail mulai tertarik dan membeli saham tersebut, bandar menghentikan transaksi semu mereka atau mulai menjual saham yang mereka miliki.
Contoh Kasus: Saham GHI mengalami volume perdagangan rendah, tetapi tiba-tiba terjadi lonjakan volume tanpa alasan fundamental yang jelas. Investor retail melihat volume meningkat dan tertarik membeli. Namun, begitu minat beli meningkat, bandar mulai menjual saham yang mereka miliki, menyebabkan harga turun drastis.
5. Penyebaran Informasi Menyesatkan (Rumor atau Berita Palsu)
- Bandar sering menggunakan media sosial, forum, atau bahkan analisis teknikal yang dipublikasikan untuk menyebarkan rumor tentang potensi pertumbuhan atau keuntungan besar dari saham tertentu. Banyak investor retail yang tergiur dengan potensi keuntungan cepat ini dan mulai membeli saham.
- Setelah harga naik, bandar menjual saham yang mereka miliki, dan rumor atau berita tersebut terbukti tidak benar.
Contoh Kasus: Misalkan muncul berita bahwa perusahaan JKL akan segera diakuisisi oleh perusahaan besar, dan investor retail mulai berbondong-bondong membeli saham. Harga naik signifikan, dan bandar mulai menjual. Setelah beberapa waktu, akuisisi tersebut terbukti hanyalah rumor, dan harga saham turun kembali ke level semula.
Cara Menghindari Manipulasi Bandar
- Lakukan Analisis Fundamental: Periksa kinerja dan laporan keuangan perusahaan secara independen. Jangan hanya bergantung pada berita atau rumor.
- Gunakan Analisis Teknikal yang Tepat: Amati pola volume perdagangan, pola harga, dan indikator teknikal untuk mendeteksi pergerakan mencurigakan.
- Diversifikasi Portofolio: Jangan menempatkan semua dana pada satu saham, terutama jika saham tersebut memiliki volume kecil atau sering bergerak liar.
- Waspadai Saham Berkapitalisasi Kecil: Saham-saham dengan volume perdagangan rendah seringkali lebih mudah dimanipulasi oleh bandar.
- Batasi Emosi dalam Trading: Jangan terburu-buru mengikuti euforia pasar. Pastikan ada alasan rasional di balik setiap keputusan beli atau jual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar